oleh: Lorraine Riva (@yoyen)
Emah berkata “Seandainya saya dulu jelek. Gadis-gadis jelek
dipulangkan kerumah setelah beberapa hari atau minggu. Orang Jepang
tidak menginginkan mereka. Gadis-gadis cantik harus tinggal. Saya tetap
tinggal disana. 3 tahun lamanya saya tinggal di bordil militer mulai
dari 1945”.
Emah (lahir tahun 1926 di Cimahi, Jawa – Barat) adalah seorang Jugun Ianfu atau bahasa Inggrisnya comfort women. Istilah comfort women biasanya ditujukan untuk gadis atau perempuan yang dipaksa melacur oleh Jepang selama Perang Dunia II. Setelah rape of Nanking tahun 1938 (http://www.historyplace.com/worldhistory/genocide/nanking.htm
) yang benar-benar mengerikan, beberapa petinggi militer Jepang
menyarankan pimpinan militer Jepang untuk membuka pusat rekreasi untuk
para tentara yang bertempur di lini depan. Mereka percaya hal ini
berguna untuk menjaga tata tertib dan mental para tentara. Pusat
rekreasi ini juga dipercaya dapat mencegah para tentara mengidap
penyakit seksual. Sebenarnya pusat rekreasi ini adalah istilah halus
untuk bordil militer.
Buku Schaamte en onschuld (rasa malu dan bersalah) karya antropolog Belanda, Hilde Janssen, dan portret para Jugun Ianfu yang mengesankan karya Jan Banning (http://www.janbanning.com/gallery/comfort-women/
) sudah ada dalam daftar buku yang harus saya baca sejak terbitnya di
bulan April 2010. Setelah membaca buku ini saya ingin berbagi cerita di
sini supaya dunia tahu sejarah Jugun Ianfu. Jan Banning juga menerbitkan
buku Comfort Women (http://www.uitgeverij-ipsofacto.nl/?m=25&p=2&s=0 ) dengan teks oleh Hilde Janssen, buku ini terbit dalam bahasa Belanda dan Inggris.
Awal mula
Jugun Ianfu yang pertama kali datang ke Indonesia tahun 1942
berasal dari Korea dan Cina. Sehubungan dengan naiknya permintaan untuk
Jugun Ianfu dan kurangnya jumlah para wanita dari Korea dan Cina,
militer Jepang mulai merekrut perempuan di Indonesia. Kebanyakan dari
para perempuan ini diculik dari rumah, di jalan (Sanikem, lahir 1926 di
Yogyakarta) bahkan di sawah selagi bekerja. Ada yang dijual oleh kepala
desa ke Jepang seperti Kasinem (lahir 1931 di Salatiga, Jawa-Tengah)
dan Rosa (lahir 1929, Pulau Saumlaki Maluku-Selatan). Yang termuda
berumur 11 tahun, masih anak-anak. Tentara Jepang merekrut anak dan
laki-laki dewasa untuk dijadikan romusha atau heiho, sementara
para perempuan dipaksa bekerja di bordil militer.
Walaupun inisiatif militer, tetapi pengelola bordil militer
berbeda-beda. Ada beberapa bordil yang dikelola langsung di bawah
pengawasan departemen militer, ada bordil kepunyaan swasta. Para Jugun
Ianfu yang bekerja di bordil militer ini harus menggunakan nama Jepang
mereka: Hana, Miko dsb. Para wanita ini bekerja tiap hari dari siang
hingga malam. Beberapa dari mereka bekerja tanpa henti. Hari libur
mereka dapat jika mereka menstruasi atau untuk tes medis tiap bulan.
Hanya sedikit Jugun Ianfu yang hamil. Menurut Giyem (lahir 1930 di
Jawa-Tengah) dokter militer memberikan resep obat puyer (catatan:
mungkin sama seperti Morning After pil sekarang ini?) kepada semua Jugun Ianfu untuk mencegah supaya mereka tidak hamil.
Selama bekerja sebagai Jugun Ianfu beberapa wanita ini mengingat
tamu-tamu bordil yang berlaku baik kepada mereka, tetapi mereka juga
membenci tamu-tamu yang kasar. Beberapa tamu kasar itu menganiaya Jugun
Ianfu. Tanpa ragu mereka mengancam akan menusuk Jugun Ianfu dengan
bayonet tajamnya jika hasrat mereka tidak dituruti.
Ada sejumlah Jugun Ianfu yang tidak bekerja di bordil militer.
Beberapa dari mereka ditawan di rumah seorang Jepang, sebagian dijemput
di rumah mereka tiap sore dan dibawa ke rumah orang Jepang. di mana
mereka diperkosa setiap hari 3 tahun lamanya.
Akhirnya
Di akhir Perang Dunia II dan langsung setelah Jepang menyerah,
bordil-bordil militer ditutup. Para Jugun Ianfu bebas untuk pulang ke
tempat asal mereka. Beberapa memilih untuk tinggal di situ karena mereka
takut menceritakan kejadian sebenarnya ke keluarga mereka..Yang kembali
ke tempat asal diterima dengan baik oleh keluarga tetapi penduduk di
sekitar mereka menghina dan menyebut mereka sebagai bekas Jepang. Hal
ini membuat sakit hati para Jugun Ianfu. Ada juga Jugun Ianfu yang tidak
bercerita ke seorang pun tentang pengalaman buruknya ini. Seperti Sarmi
(lahir 1930 Jawa – Tengah), ia tidak pernah bercerita tentang ini,
bahkan suaminya pun tidak tahu bahwa istrinya adalah eks Jugun Ianfu.
Menurut Sarmi ini adalah pilihan terbaik untuk tidak membebani suaminya,
anak-anak dan cucu-cucu mereka. Sarmi yakin bahwa dia sangat berdosa
karena dia membiarkan Jepang memperkosanya. Selain Sarmi ada juga Jugun
Ianfu yang tidak dapat mempunyai anak. Malu, segan dan trauma membuat
banyak Jugun Ianfu enggan diwanwancara di rumah sendiri oleh penulis
buku ini. Takut akan reaksi tetangga mereka hanya mau diwawancara di
tempat lain.
Pengakuan
Menurut data statistik, terdapat 200.000 korban kejahatan seksual di
negara-negara jajahan Jepang. Korban bukan hanya wanita dari Korea,
Cina, Malaysia, Singapore, Philipina dan Indonesia tetapi juga dari
Inggris, Australia dan Belanda. Wanita Eropa ini berada di wilayah
jajahan Jepang pada waktu itu.
Tahun 1992 Jugun Ianfu di Korea dan Cina memulai lobby lewat Jugun
Ianfu Advocacy Network untuk pengakuan resmi dari pemerintah Jepang
tentang kejahatan seksual di masa perang ini. Tujuan utama mereka
setelah pengakuan resmi adalah kompensasi untuk kerugian moral dan fisik
yang mereka derita. LBH mengambil contoh dari Korea dan Cina dan mulai
mendaftar Jugun Ianfu di Indonesia. Didaftar LBH ini tercantum 20.000
Jugun Ianfu berasal dari seluruh penjuru Indonesia (bukan hanya Jawa dan
Sumatra). Yang mengejutkan untuk saya, pemerintah Indonesia ternyata
menyarankan para Jugun Ianfu untuk tidak menuntut pemerintah Jepang
mengeluarkan pernyataan resmi dan kompensasi. Menurut pejabat Indonesia
akhir tahun 1990-an adalah tabu untuk menggali sisi gelap sejarah.
Mereka menganjurkan para Jugun Ianfu berhenti menuntut pemerintah
Jepang. Sikap pemerintah Indonesia yang mengecewakan ini sangat
bertentangan dengan sikap pemerintah Korea dan Cina yang sepenuhnya
mendukung para Jugun Ianfu di negara mereka.
Tidak peduli seberapa keras lobby ini, bahkan setelah kesaksian para
Jugun Ianfu di Jepang akhir tahun 1990-an, pemerintah Jepang hingga
sekarang pun tidak mengeluarkan pernyataan resmi tentang Jugun Ianfu.
Saya bertanya-tanya sampai kapan Jepang mengelak untuk bertanggung
jawab? Para Jugun Ianfu sekarang sudah sangat tua. Jika dalam jangka
waktu dekat mereka tidak ada lagi, siapa yang akan menuntut Jepang untuk
pengakuan resmi?
Ada sebuah film dokumenter Omdat wij mooi waren (Karena kami
dulu cantik) ditayangkan di TV Belanda tanggal 15 Agustus 2010. Film
ini dalam bahasa Belanda, Bahasa Indonesa, Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa
dengan terjemahan dan narasi dalam Bahasa Belanda. Di film ini kita
melihat penulis buku, Hilde Janssen bersama dengan fotografer Jan
Banning mewawancara dan memotret para Jugun Ianfu. Mengharukan cerita
mereka dan sangat kejam, tidak berperikemanusiaan pengalaman mereka. (http://www.youtube.com/embed/Hx4vRRH7rhc)
Catatan saya
Menurut saya istilah Jugun Ianfu dalam bahasa Inggris, comfort women
itu istilah yang menyesatkan karena Jugun Ianfu dipaksa untuk melacur
bukan atas kemauan mereka sendiri. Mungkin sekarang ini Jugun Ianfu bisa
dikategorikan sebagai jaringan pedofilia karena banyak Jugun Ianfu yang
yang waktu itu berumur 11 tahun. Mereka itu masih anak-anak!
Kadang saya mengerti pilihan beberapa Jugun Ianfu di buku ini untuk
berdiam tentang masa lalunya. Saya mengerti ini karena ada 3 Jugun Ianfu
di keluarga saya dan suami saya. Mendengar cerita mereka sewaktu kecil
dan setelah sekarang dewasa saya mengerti. Selama membaca buku ini hati
saya miris membayangkan perasaan para Jugun Ianfu: malu, dipakai, kotor
dan dikucilkan. Mudah-mudahan kekejaman seperti ini tidak terjadi lagi.
Kita harus belajar dari sejarah bukan?
sumber : http://aleut.wordpress.com/2013/02/13/jugun-ianfu-seandainya-saya-dulu-jelek/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
PENGGALANGAN DANA DAN BANTUAN BENCANA ALAM ERUPSI MERAPI YOGYAKARTA PANTI SATU ORGANIZER PENGGALANGAN DANA DAN BANTUAN BENCANA ...
-
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan tak lupa mengucap puji dan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Y...
-
PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP SEKS DAN PENDIDIKAN SEKS Karya T ulis ini Dibuat untuk M emenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indone...
-
Bendera negara asing Jelaskan perbedaan antara Treaty Contract & Law Making Treaties! Jawab: Berdasarkan sifat atau fungsinya p...
-
1.PENGERTIAN USAHA Usaha adalah besarnya g...
-
1. Expressing Satisfaction · Expressing Satisfaction: expressing good feeling; sense of comfort or happiness. ...
-
Perhatikan dua pasang kalimat berikut ini. The woman comes from Bandung. She lives next door. I bought a new book. The book was written ...
-
Sebenarnya Partai Komunis Indonesia (PKI) sudah lama meniupkan hawa perlawanan dan pemberontakan terhadap Indonesia. Kelompok ini b...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar